Sabtu, 28 Mei 2011

SENJATA NUKLIR

Senjata nuklir adalah senjata yang mendapat tenaga dari reaksi nuklir dan mempunyai daya pemusnah yang dahsyat – sebuah bom nuklir mampu memusnahkan sebuah kota. Senjata nuklir telah digunakan hanya dua kali dalam pertempuran – semasa Perang Dunia II oleh Amerika Serikat terhadap kota-kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki.Pada masa itu daya ledak bom nuklir yg dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki sebesar 20 kilo(ribuan) ton TNT. Sedangkan bom nuklir sekarang ini berdaya ledak lebih dari 70 mega(jutaan) ton TNT

Negara pemilik senjata nuklir yang dikonfirmasi adalah Amerika Serikat, Rusia, Britania Raya (Inggris), Perancis, Republik Rakyat Cina, India dan Pakistan. Selain itu, negara Israel dipercayai mempunyai senjata nuklir, walaupun tidak diuji dan Israel enggan mengkonfirmasi apakah memiliki senjata nuklir ataupun tidak. Lihat daftar negara dengan senjata nuklir lebih lanjut.

Bentuk bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki

Senjata nuklir kini dapat dilancarkan melalui berbagai cara, seperti melalui pesawat pengebom, peluru kendali, peluru kendali balistik, dan Peluru kendali balistik jarak benua.

Tipe senjata nuklir

Dua tipe desain dasar

Senjata nuklir mempunyai dua tipe dasar. Tipe pertama menghasilkan energi ledakannya hanya dari process reaksi fisi. Senjata tipe ini secara umum dinamai bom atom (atomic bomb, A-bombs). Energinya hanya diproduksi dari inti atom.

Pada senjata tipe fisi, masa fissile material (uranium yang diperkaya atau plutonium) dirancang mencapai supercritical mass – jumlah massa yang diperlukan untuk membentuk reaksi rantai- dengan menabrakkan sebutir bahan sub-critical terhadap butiran lainnya (the “gun” method), atau dengan memampatkan bulatan bahan sub-critical menggunakan bahan peledak kimia sehingga mencapai tingkat kepadatan beberapa kali lipat dari nilai semula. (the “implosion” method). Metoda yang kedua dianggap lebih canggih dibandingkan yang pertama. Dan juga penggunaan plutonium sebagai bahan fisil hanya bisa di metoda kedua.

Tantangan utama di semua desain senjata nuklir adalah untuk memastikan sebanyak mungkin bahan bakar fisi terkonsumsi sebelum senjata itu hancur. Jumlah energi yang dilepaskan oleh pembelahan bom dapat berkisar dari sekitar satu ton TNT ke sekitar 500.000 ton (500 kilotons) dari TNT.

Tipe kedua memproduksi sebagian besar energinya melalui reaksi fusi nuklir. Senjata jenis ini disebut senjata termonuklir atau bom hidrogen (disingkat sebagai bom-H), karena tipe ini didasari proses fusi nuklir yang menggabungkan isotop-isotop hidrogen (deuterium dan tritium). Meski, semua senjata tipe ini mendapatkan kebanyakan energinya dari proses fisi (termasuk fisi yang dihasilkan karena induksi neutron dari hasil reaksi fusi.) Tidak seperti tipe senjata fisi, senjata fusi tidak memiliki batasan besarnya energy yang dapat dihasilkan dari sebuah sejata termonuklir.

Dasar kerja desain Tellr-Ulam pada bomb hidrogen: sebuah bomb fisi menghasilkan radiasi yang kemudian mengkompresi dan memanasi butiran bahan fusi pada bagian lain.

Senjata termonuklir bisa berfungsi dengan melalui sebuah bomb fisi yang kemudian memampatkan dan memanasi bahan fisi. Pada desain Teller-Ulam, yang mencakup semua senjata termonuklir multi megaton, metoda ini dicapai dengan meletakkan sebuah bomb fisi dan bahan bakar fusi (deuterium atau lithium deuteride) pada jarak berdekatan didalam sebuah wadah khusus yang dapat memantulkan radiasi. Setelah bomb fisi didetonasi, pancaran sinar gamma and sinar X yang dihasilkan memampatkan bahan fusi, yang kemudian memanasinya ke ke suhu termonuklir. Reaksi fusi yang dihasilkan, selanjutnya memproduksi neutron berkecepatan tinggi yang sangat banyak, yang kemudian menimbulkan pembelahan nuklir pada bahan yang biasanya tidak rawan pembelahan, sebagai contoh depleted uranium. Setiap komponen pada design ini disebut “stage” (atau tahap). Tahap pertama pembelahan atom bom adalah primer dan fusi wadah kapsul adalah tahap sekunder. Di dalam bom-bom hidrogen besar, kira-kira separuh dari ‘yield’ dan sebagian besar nuklir fallout, berasal pada tahapan fisi depleted uranium. Dengan merangkai beberapa tahap-tahap yang berisi bahan bakar fusi yang lebih besar dari tahap sebelumnya, senjata termonuklir bisa mencapai “yield” tak terbatas. Senjata terbesar yang pernah diledakan (the Tsar Bomba dari USSR) merilis energi setara lebih dari 50 juta ton (50 megaton) TNT. Hampir semua senjata termonuklir adalah lebih kecil dibandingkan senjata tersebut, terutama karena kendala praktis seperti perlunya ukuran sekecil ruang dan batasan berat yang bisa di dapatkan pada ujung kepala roket dan misil.

Ada juga tipe senjata nuklir lain, sebagai contoh boosted fission weapon, yang merupakan senjata fisi yang memperbesar ‘yield’-nya dengan sedikit menggunakan reasi fisi. Tetapi fisi ini bukan berasal dari bom fusi. Pada tipe ‘boosted bom’, neutron-neutron yand dihasilkan oleh reaksi fusi terutama berfungsi untuk meningkatkan efisiensi bomb fisi. contoh senjata didesain untuk keperluan khusus; bomb neutron adalah senjata termonuklir yang menghasilkan ledakan relatif kecil, tetapi dengan jumlah radiasi neutron yang banyak. Meledaknya senjata nuklir ini diikuti dengan pancaran radiasi neutron. Senjata jenis ini, secara teori bisa digunakan untuk membawa korban yang tinggi tanpa menghancurkan infrastruktur dan hanya membuat fallout yang kecil. Membubuhi senjata nuklir dengan bahan tertentu (sebagain contoh cobalt atau emas) menghasilkan senjata yang dinamai “salted bomb”. Senjata jenis ini menghasilkan kontaminasi radioactive yang sangat tinggi. Sebagian besar variasi di disain senjata nuklir terletak pada beda “yield” untuk berbagai keperluan, dan untuk mencapai ukuran fisik yang sekecil mungkin.

ANTASIDA

DefiNISI

Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap akibat yang ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung. Secara alami lambung memproduksi suatu asam yang disebut asam klorida yang berfungsi untuk membantu proses pencernaan protein. Asam ini secara alami mengakibatkan kondisi isi perut menjadi asam, yakni antara kisaran PH 2-3. Lambung, usus dan esophagus sendiri (yang juga terdiri dari protein) dilindungi dari kerja asam melalui beberapa mekanisme. Apabila kadar asam yang dihasilkan oleh lambung terlalu banyak maka mekanisme perlindungan ini tidak terlalu kuat/kurang kuat dalam melindungi lambung, usus dan esophagus terhadap kerja asam lambung mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tersebut dan menghasilkan gejala seperti rasa sakit pada perut dan ulu hati terasa terbakar.

Kandungan Obat

Umumnya antasida merupakan basa lemah, biasanya bisa terdiri dari zat aktif yang mengandung, alumunium hidroksida/karbonat, magnesium hidroksida/karbonat, dan kalsium (bisa anda lihat di kemasan antasida). Terkadang antasida dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat mengurangi kelebihan gas.

Cara Kerja


Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi “terlalu” asam tersebut, selain itu antasida juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif bekerja pada kondisi asam, enzim ini diketahui juga berperan dalam menimbulkan kerusakan pada organ saluran pencernaan manusia.

Beberapa jenis antasida tersebut memiliki perbedaan terutama dalam efek menetralkan asam lambung, istilah yang dipake untuk menjelaskan hal ini adalah ANC (antacid neutralizing capacity). ANC disajikan dalam bentuk perbandingan mEq, dan FDA mengklasifikasikan per dosis antasida harus punya efek menetralkan asam sebesar ≥5 mEq per dosisnya. Antasida yang baik harus punya kemampuan penetralan yang baik dan juga cepat. Natrium bikarbonat dan kalsium karbonat memiliki kemampuan menetralkan yang terbesar tapi penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari karena efek samping yang mungkin dapat terjadi.

Kemampuan melarut antasida dalam asam lambung berbeda-beda. Natrium bikarbonat dan magnesium oksida mempunyai kemampuan melarut yang cepat dan menghasilkan efek buffer yang relative cepat, sedangkan aluminium hidroksida dan kalsium karbonat memiliki kemampuan melarut yang agak lambat.

Perbedaan lain di antara antasida adalah lama kerjanya (berapa lama antasida menghasilkan efek menetralkan asam lambung). Natrium bikarbonat dan magnesium oksida memiliki lama kerja yang pendek, sedangkan aluminium hidroksida dan kalsium karbonat memiliki lama kerja yang lebih panjang. Kombinasi antara aluminium dan magnesium memiliki kemampuan penetralan dalam skala menengah.

Antasida yang mengandung kalsium dapat mengontrol keasaman di lambung sekaligus sebagai suplementasi kalsium. Suplemen kalsium sangat penting bagi wanita postmenopause.

Alumunium Hidroksida

Nama Obat

Aluminium Hidroksida (Al(OH)3)

Golongan

Antasida

Indikasi

Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis

Kontra-Indikasi

Hipersensitif terhadap garam aluminium

Interaksi

↓ absorpsi obat; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid, digoksin, klorpromazin

↓ sekresi amphetamin dan kina

↑ sekresi salisilat

Dosis

0,6 g (1 g à 25 meq asam)

Dewasa: PO Antacid sampai 1 g/hari. Hiperposfatemia pada gagal ginjal kronik sampai 10 g/hari dalam dosis terbagi.

Dosis Anak

Kehamilan & Laktasi

Kategori C

Farmakologi

Netralisasi asam lambung, menghasilkan garam aluminium klorida dan air.

Efek Samping

Konstipasi, mual, muntah, deplesi posfat

Sediaan

Liquid: 120 ml (200mg/5ml dikombinasikan dengan obat GI lain)

Tablet: 200mg dikombinasikan dengan obat GI lain

Merek dagang

Acitral, Aludonna

Resep Dokter

Ya

Natrium Bikarbonat

Nama Obat

Natrium bikarbonat (NaHCO3)

Golongan

Elektrolit

Indikasi

Untuk alkalinisasi urin, dispepsia

Kontra-Indikasi

Alkalosis metabolik atau respiratorik, hipernatremia, edema paru berat, hipokalsemia, hipoklorida

Interaksi

↓ absorpsi obat; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid, digoksin, klorpromazin

↓ sekresi amphetamin dan kina

↑ sekresi salisilat

Dosis

1-4 gr (1 g à12 meq asam)

Dewasa: Per oral alkalinisasi urine sampai 10 g/hari dosis terbagi dengan asupan cairan yang baik. Chronic metabolic acidosis ≥4.8 g/hari sebanyak yang diperlukan. Dyspepsia 1-5 g sebanyak yang diperlukan. IV Severe metabolic acidosis By slow inj of a hypertonic soln ≤8.4% or by continuous infusion of a weaker soln, usually 1.26% .

Dosis Anak

Kehamilan & Laktasi

Kategori C

Farmakologi

Menetralkan asam lambung

Efek Samping

Alkalosis sistemik, perforasi

Sediaan

Merek dagang

Resep Dokter

Magnesium Hidroksida

Nama Obat

Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2)

Golongan

Antasida

Indikasi

Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis

Kontra-Indikasi

Interaksi

↓ absorpsi obat; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid, digoksin, klorpromazin

↓ sekresi amphetamin dan kina

↑ sekresi salisilat

Dosis

325 mg (1 g à 31 meq asam)

Dosis Anak

Kehamilan & Laktasi

Kategori C

Farmakologi

Netralisasi asam lambung

Efek Samping

Diare

Sediaan

Liquid: 120 ml (200mg/5ml dikombinasikan dengan obat GI lain)

Tablet: 200mg dikombinasikan dengan obat GI lain

Merek dagang

Acitral, Aludonna

Resep Dokter

Ya

Magnesium Trisiklat

Nama Obat

Magnesium Trisiklat (Mg2Si3O8nH20)

Golongan

Antasida

Indikasi

Ulkus peptikum, gastritis, hiperasiditas gastrointestinal

Kontra-Indikasi

Interaksi

↓ absorpsi obat; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid, digoksin, klorpromazin

↓ sekresi amphetamin dan kina

↑ sekresi salisilat

Dosis

Dewasa 1-2 tab.

Dosis Anak

Anak ½-1 tab. diminum 3-4 kali sehari.

Kehamilan & Laktasi

Kategori C

Farmakologi

Netralisasi asam lambung

Sediaan

Tablet: 300 mg (biasanya dikombinasikan dengan obat GI lain)

Merek dagang

Corsamag, Lexacrol

Resep Dokter

Ya

Kalsium Karbonat

Nama Obat

Kalsium karbonat

Golongan

Antasida

Indikasi

Ulkus peptikum, gastritis, heartburn, hiperasiditas GI.

Kontra-Indikasi

Glukoma sudut tertutup, obstruksi saluran kemih atau GI, ileus paralitik, penyakit jantung berat

Interaksi

↓ absorpsi obat; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid, digoksin, klorpromazin

↓ sekresi amphetamin dan kina

↑ sekresi salisilat

Dosis

1-2 g (1 g à 21 meq asam)

Tab 1-2 tab 15-30 menit setelah makan. Susp 1-2sendok teh 30 menit setelah makan dan sebelum tidur

Dosis Anak

Kehamilan & Laktasi

Kategori C

Farmakologi

Netralisasi asam lambung

Efek Samping

Konstipasi, hiperkalsemi, rebound phenomena

Sediaan

Suspensi: 150 ml

Tablet: 800mg (biasanya dikombinasikan dengan obat GI lain)

Merek dagang

Aludonna

Resep Dokter

Keterangan tambahan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5nU1AirXQ9iNaR2kXjXvoAXa9JrTM7VMeE9EwPCGhrses1-nx3rO7WeWYs7FDC7QIf88cOX3jkM2rrdwN3YVX8TSig8W4iIujmn4zHPhPM9wUXW6fnyaGbtlSJuC2deT6sFdbosACNPs/s200/gastritis.jpg

- Efek samping yang utama antasida dengan zat aktif alumunium hidroksida adalah konstipasi (sembelit).

- Sedangkan antasida dengan zat aktif magnesium hidroksida dapat menyebabkan diare dan dapat meningkatkan kadar magnesium dalam darah pada pasien gagal ginjal.

- Sehingga kedua zat aktif ini sering dikombinasikan agar efek samping dapat diminimalisir.

- Seseorang yang mengalami gangguan ginjal harus berhati-hati dalam menggunakan antasida yang mengandung magnesium, bahkan bila perlu jangan menggunakannya.

- Antasida yang mengandung kalsium dapat menyebabkan sembelit.

- Dapat mengahkibatkan hiperasiditas rebound, dan milk alkali syndrome.

- Antasida dalam bentuk sediaan suspensi umumnya mempunyai kemamapuan melarut yang lebih cepat dibandingkan bentuk tablet maupun serbuk/puyer. Untuk tablet antasida sangat penting untuk dikunyah terlebih dahulu ketika dikonsumsi.

- Obat-obat jenis aluminium dan magnesium mempengaruhi penyerapan antibiotika tetrasilikat. Sebaiknya diminum secara terpisah 1-2 jam.

- Periksa dokter bila anda tidak bisa membedakan antara nyeri dada karena gangguan pencernaan dan karena angina/serangan jantung.

- Periksa dokter bila nyeri dada/gangguan pencernaan/tukak menetap meskipun telah minum antasida selama 2-3 hari

http://freshlifegreen.blogspot.com/2011/02/antasida.html

Jumat, 20 Mei 2011

Beragam Pengertian Analisis Gravimetri Dan Titrimetri

ANALISIS GRAVIMETRI DAN TITRIMETRI



­Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif dengan penimbangan. Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan.

Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.

Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan dan elektrolisis.

1. Metode Pengendapan

Suatu sampel yang akan ditentukan seara gravimetri mula-mula ditimbang secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi sarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang.

Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori alat penyaring (kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion endapan.

Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius tergantung suhu dekomposisi dari analit.

Pengendapan kation misalnya, pengendapan sebagai garam sulfida, pengendapan nikel dengan DMG, pengendapan perak dengan klorida atau logam hidroksida dengan mengetur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang diinginkan.

aA +rR ———-> AaRr(s)

Penambahan reagen R secara berlebihan akan memaksimalkan produk AaRr yang terbentuk.

2. Metode Penguapan

Metode penguapan dalam analisis gravimetri digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap. Cara yang dilakukan dalam metode ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan dalam gas tertentu atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak mudah menguap.

Metode penguapan ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air(hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah. Berat sampel sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan berat air kristal yang menguap. Pemanasan untuk menguapkan air kristal adalah 110-130 derajat celcius, garam-garam anorganik banyak yang bersifat higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar hidrat/air yang terikat sebagai air kristal.

3. Metode Elektrolisis

Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrikndengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.

Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.

Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analit dalam sampel hanya berupa unsurpelarut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair.1

1http://forum.um.ac.id/index.php?topic=23812.0

Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan.

Penggunaan gravimetri, dapat digunakan dalam analisis kadar air. Kadar air bahan bisa ditentukan dengan cara gravimetri evolusi langsung ataupun tidak langsung. Bila yang diukur ialah fase padatan dan kemudian fase gas dihitung berdasarkan padatan tersebut maka disebut gravimetri evolusi tidak langsung. Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa dimaksud pada suhu 110o–130oC. Berkurangnya berat sebelum pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya.2

2http://id.wikipedia.org/wiki/Gravimetri_%28kimia%29

Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.

Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.

Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.

Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.

Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric adalah sebagai berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.

4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :

1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah di kalibrasi.

2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder dengan kemurnian tinggi.

3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.

Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar misalnya arsen trioksida pada pembakuan larutan iodium.

Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar, misalnya larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ;

1. Reaksi Kimia :

· Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)
· Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
· Reaksi Pengendapan (presipitasi)
· Reaksi pembentukan kompleks

2. Berdasarkan cara titrasi

· Titrasi langsung
· Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)

3. Berdasarkan jumlah sampel

· Titrasi makro

Jumlah sampel : 100 – 1000 mg

Volume titran : 10 – 20 mL

Ketelitian buret : 0,02 mL.

· Titrasi semi mikro

Jumlah sampel : 10 – 100 mg

Volume titran : 1 – 10 mL

Ketelitian buret : 0,001 mL

· Titrasi mikro

Jumlah sampel : 1 – 10 mg

Volume titran : 0,1 – 1 mL

Ketelitian buret : 0,001 mL3



3http://rgmaisyah.wordpress.com/2008/11/22/titrimetri/



B. Materi : Analisis secara gravimetri dan titrimetri.
Prinsip utama kegiatan analisis secara gravimetri dan titrimetri adalah kemampuan menggunakan peralatan pengujian dan teknik pengujian.
Konsep melakukan analisis secara gravimetri dan titrimetri didasarkan pada :
a. Teori dasar gravimetri
Gravimetri merupakan analisis kuantitatif dengan menimbang unsur atau senyawa tertentu dalam bentuk murninya. Analitnya dipisahkan secara fisis dari komponen lainnya. Sebagian analisis gravimetri menyangkut unsur yang akan ditentukan menjadi senyawa murni yang stabil dan mudah diubah ke dalam bentuk yang dapat ditimbang. Berat analat dapat dihitung dari rumus dan berat atom senyawa yang ditimbang.
Pengendapan merupakan teknik yang paling luas penggunaannya. Hal terpenting dalam pengendapan suatu analit adalah kemurniannya dan kemudahan penyaringan yang pasti dilakukan dalam teknik pengendapan.
Gravimetri terbagi menjadi dua :
1. Cara evolusi ; bahan yang direaksikan akan menimbulkan gas. Gas didapatkan dengan cara pemanasan atau mereaksikan dengan pereaksi tertentu.
a. Cara tidak langsung. Besar gas diperoleh sebagai selisih berat analat sebelum dan sesudah reaksi.
Contohnya adalah penentuan kadar air. Bahan yang akan dianalisis dipanaskan pada suhu tertentu dalam jangka waktu tertentu sehingga air menguap dan beratnya diperoleh sebagai selisih berat bahan sebelum dan sesudah pemanasan. Contoh lain adalah penentuan karbonat, karena pemanasan, karbonat terurai dan mengeluarkan gas CO2. Berat gas juga ditentukan dengan menimbang bahan sebelum dan sesudah pemanasan.
b. Cara langsung. Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk gas tertentu.
Pada penentuan kadar air, maka uap air yang terjadi dilewatkan tabung berisi bahan higroskopis yang tidak menyerap gas-gas lain. Berat tabung dengan isi sebelum dan sesudah uap diserap menunjukkan jumlah air.
2. Cara pengendapan ; analat direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itu ditimbang.
a. Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan suatu pereaksi. Endapan biasanya berupa senyawa. Cara ini biasa disebut dengan gravimetri.
b. Endapan dibentuk secara elektrokimia. Analat dielektrolisis sehingga terjadi logam sebagai endapan. Cara ini biasa disebut elektrogravimetri.

b. Teori dasar titrimetri
Analisis volumetri (titrimetri) adalah suatu proses untuk menentukan jumlah yang tidak diketahui dari suatu zat dengan mengukur volume secara kuantitatif larutan pereaksi yang digunakan untuk bereaksi sempurna dengan zat yang akan ditentukan.
Dalam analisis volumetri perhitungan-perhitungan yang digunakan didasarkan pada hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi kimia seperti :
aA + tT produk
a merupakan molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensia T. Reagensia T disebut titran, ditambahkan sedikit-demi sedikit, biasanya dari dalam buret dalam bentuk larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan cara standardisasi.
Penambahan titran diteruskan sampai jumlah T yang secara kimia setara dengan A, maka dikatakan telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Untuk mengetahui kapan penambahan titran itu harus dihentikan maka digunakan suatu zat yang disebut indikator yang dapat menunjukkan terjadinya kelebihan titran dengan perubahan warna.
Perubahan warna ini bisa tepat atau tidak tepat pada titik ekuivalensi. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Dalam kondisi idealnya adalah titik akhir sedekat mungkin dengan titik ekivalensi sehingga pemilihan indikator yang tepat merupakan salah satu aspek yang penting dalam analisis titrimetri untuk mengimpitkan kedua titik tersebut.
Reaksi kimia yang berperan sebagai dasar dalam analisis titrimetri dikelompokkan dalam empat jenis, yaitu ;
• Reaksi asam – basa (Titrasi netralisasi)
Reaksi didasarkan pada netralisasi proton (asam) oleh ion hidroksil (basa) atau sebaliknya :
H3O+ + OH- 2H2O
Asam kuat dan basa kuat terdisosiasi lengkap dalam larutan air jadi pH pada berbagai titik selama titrasi dapat dihitung langsung dari kuantitas stoikiometri asam dan basa yang bereaksi. Perubahan besar pada pH selama titrasi digunakan untuk menentukan kapan titik kesetaraan itu dicapai. Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator. Banyak asam dan basa organik lemah yang bentuk ion dan bentuk tak terdisosiasinya menunjukkan warna yang berlainan. Molekul-molekul semacam itu dapat digunakan untuk menetapkan kapan telah ditambahkan cukup titran dan disebut indikator tampak ( visual indicator)
Beberapa jenis indicator : fenolftalein, brom kresol hijau, metil merah, metil oranye.
• Reaksi oksidasi – reduksi (Titrasi redoks)
Titrasi oksidasi reduksi adalah titrasi penentuan suatu oksidator oleh reduktor atau sebaliknya. Reaksinya merupakan reaksi serah terima elektron, yaitu elektron diberikan oleh pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi).
Indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi redoks adalah :
1. Warna dari pereaksinya sendiri (auto Indikator)
Apabila pereaksinya sudah memiliki warna yang kuat, kemudian warna tersebut hilang atau berubah bila direaksikan dengan zat lain maka pereaksi tersebut dapat bertindak sebagai indikator. Contoh : KMnO4 berwarna ungu, bila direduksi berubah menjadi ion Mn2+ yang tidak berwarna atau larutan I2 yang berwarna kuning coklat dan titik akhir titrasi diketahui dari hilangnya warna kuning, perubahan ini dipertajam dengan penambahan larutan amilum.
2. Indikator Redoks
Indikator redoks adalah indikator yang dalam bentuk oksidasinya berbeda dengan warna dalam bentuk reduksinya. Contohnya Difenilamin dan Difenilbensidina, indikator ini sukar larut di dalam air,pada penggunaannya dilarutkan dalam asam sulfat pekat.
3. Indikator Eksternal
Indikator eksternal dipergunakan apabila indikator internal tidak ada. Contoh, Ferrisianida untuk penentuan ion ferro memberikan warna biru.
4. Indikator Spesifik
Indikator spesifik adalah zat yang bereaksi secara khas dengan salah satu pereaksi dalam titrasi menghasilkan warna. Contoh : amilum membentuk warna biru dengan iodium atau tiosianat membentuk warna merah dengan ion ferri.
• Reaksi pengendapan (Titrasi presipitasi)
Titrasi pengendapan adalah titrasi yang melibatkan terbentuknya endapan. Berdasarkan pada cara penentuan titik akhirnya, ada beberapa metode titrasi pengendapan , yaitu :
a. Metode Guy Lussac (cara kekeruhan)
b. Metode Mohr ( pembentukan endapan berwarna pada titik akhir)
c. Metode Fajans (adsorpsi indikator pada endapan)
d. Metode Volhard (terbentuknya kompleks berwarna yang larut pada titik akhir).
• Reaksi pembentukan kompleks (Titrasi kompleksometri)
Titrasi pembentukan kompleks (Kompleksometri) adalah suatu metode analisis berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks (ligan). Ligan yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah Dinatrium Etilen Diamin Tetra Asetat ( Na2EDTA) yang mempunyai rumus bangun sebagai berikut :
HOOC—CH2 CH2—COONa
N—CH2—CH2—N
NaOOC—CH2 CH2—COOH
Reaksi pembentukan kompleks dengan ion logam adalah :
H2Y2- + Mn+ Myn-4 + 2H+
H2Y2- = EDTA
Penentuan titik akhir titrasi kompleksometri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Cara Visual
Sebagai indikator digunakan jenis indikator logam seperti : Eriochrom Black T (EBT), Murexide, Xylenol Orange, Dithizon, Asam sulfosalisilat.
2. Cara Instrumen
Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan instrumen fotometer atau potensiometer.
Macam-macam titrasi kompleksometri menggunakan EDTA adalah:
1. Titrasi langsung
Dilakukan untuk ion-ion logam yang tidak mengendap pada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleks berjalan cepat, dan ada indikator yang cocok.
2. Titrasi kembali
Dilakukan untuk ion-ion logam yang mengendap pada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleks berjalan lambat dan tidak ada indikator yang cocok.
3. Titrasi substitusi
Dilakukan untuk ion-ion logam yang tidak bereaksi (atau tidak bereaksi sempurna) dengan indikator logam atau untuk ion-ion logam yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam lain. (seperti ion-ion Ca2+ dan Mg2+)
4. Titrasi tidak langsung
Dilakukan dengan berbagai cara yaitu;
a. Titrasi kelebihan kation pengendap (misalnya penetapan ion sulfat)
b. Titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks (misalnya penetapan ion sianida).

Syarat reaksi yang dapat digunakan dalam analisis titrimetri adalah:
• Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak boleh ada reaksi samping.
• Reaksi harus berjalan secara lengkap pada titik ekuivalensi (Tetapan kesetimbangan harus sangat besar)
• Ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi
• Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam beberapa menit4

4http://haryvedca.wordpress.com/2010/08/31/modul-analisis-secara-gravimetri-dan-titrimetri/




TITRIMETRI

Beberapa Pengertian dan Istilah Titrimeti

Analisa titrimetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.

Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.

Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.

Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.

Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah sebagai berikut :

Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.

Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.

Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :

Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah di kalibrasi.

Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder dengan kemurnian tinggi.

Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.

Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ;

1. Reaksi Kimia :

Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)

Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah bersifat asam dan sebaliknya.

Berdasarkan sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas :

Asidimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku asam.

Contoh : HCl, H2SO4

Alkalimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku basa.

Contoh : NaOH, KOH

Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)

Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ ion yang bersifat sebagai oksidator dengan senyawa/ ion yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.

Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas :

Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai oksidator.

Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :

Permanganometri, larutan bakunya : KMnO4

Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7

Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO4

Iodimetri, larutan bakunya : I2

Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai reduktor.

Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah :

Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3 . 5H2O

Reaksi Pengendapan (presipitasi)

Yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan/ senyawa yang praktis tidak terionisasi.

Yang termasuk titrasi pengendapan adalah :

Argentometri, larutan bakunya : AgNO3

Merkurimetri, larutan bakunya : Hg(NO3)2/ logam raksa itu sendiri

Reaksi pembentukan kompleks

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali tanah/ ion-ion logam. Larutan bakunya : EDTA

2. Berdasarkan cara titrasi

Titrasi langsung

Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)

3. Berdasarkan jumlah sampel

Titrasi makro

Jumlah sampel : 100 – 1000 mg

Volume titran : 10 – 20 mL

Ketelitian buret : 0,02 mL.

Titrasi semi mikro

Jumlah sampel : 10 – 100 mg

Volume titran : 1 – 10 mL

Ketelitian buret : 0,001 mL

Titrasi mikro

Jumlah sampel : 1 – 10 mg

Volume titran : 0,1 – 1 mL

Ketelitian buret : 0,001 mL

Larutan Baku

Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan teliti. Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku.

Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :

Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat.

Contohnya : H2C2O4 . 2H2O, Asam Benzoat (C6H5COOH), Na2CO3, K2Cr2O7, As2O3, KBrO3, KIO3, NaCl, dll.

Syarat-syarat baku primer :

Diketahui dengan pasti rumus molekulnya

Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan

Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO2, cahaya dan uap air

Mempunyai Mr yang tinggi

Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh : larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium. Keterangan : pa (pro analisa)
No. Larutan Baku Baku Primer
1. NaOH H2C2O4 (as. oksalat), C6H5COOH (as. benzoat), KHP
2. HCl Na2B4O7 (nat. tetraborat), Na2CO3 (nat. karbonat)
3. KMnO4 H2C2O4, As2O3 (arsen trioksida)
4. Iodium As2O3, Na2S2O3.5H2O baku (nat. tio sulfat)
5. Serium (IV) Sulfat As2O3, serbuk Fe pa.
6. AgNO3 NaCl, NH4CNS
7. Na2S2O3 K2Cr2O7, KBrO3, KIO3
8. EDTA CaCO3 pa, Mg pa

Kenormalan Larutan

adalah jumlah ekuivalen zat terlarut yang ada dalam setiap liter larutan ekuivalen dan bobot ekuivalen besarnya ditentukan oleh reaksi yang terjadi, meskipun ada hubungannya dengan mol, Mr atau Ar.

Teori Dasar Titrasi Asam – Basa

Teori Asam – Basa menurut Arhennius

Asam adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion H+.

Basa adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion OH-.

Teori Asam – Basa menurut Brownsted Lowry

Asam adalah pemberi/ donor proton.

Basa adalah penerima/ akseptor proton.

Teori Asam – Basa menurut Lewis

Asam adalah pemberi pasangan elektron.

Basa adalah penerima pasangan elektron.

Indikator dalam Titrasi Asam – Basa

Indikator yang digunakan dalam titrasi asam – basa dinamakan indikator asam – basa.
No. Nama

Indikator
Warna Trayek pH
Asam Basa
1. Metil Kuning Merah Kuning Jingga 2,9 – 4,0
2. Metil Jingga Merah Jingga Kuning 3,1 – 4,4
3. Bromo Fenol Blue Kuning Ungu 3,0 – 4,6
4. Merah Metil Merah Kuning 4,2 – 6,2
5. Fenol Merah Kuning Merah 6,4 – 8,0
6. Timol Blue Kuning Biru 8,0 – 9,6
7. Phenolphtalein Tidak Berwarna Merah Ungu 8,0 – 9,8

Bobot Ekuivalen

BE dalam titrasi asam – basa adalah banyaknya mol suatu zat yang setara dengan ion OH- atau ion H+.

Contoh :

HCl H+ + Cl-

1mol HCl setara dengan 1mol H+

BE HCl = 1 mol

H2SO4 2H+ + SO42-

1mol H2SO4 setara dengan 2mol H+

½ mol H2SO4 setara dengan 1mol H+

BE H2SO4 = ½ mol

5http://chemistryoche.blogspot.com/2010/04/titrimetri.html